Sejak pandemi COVID-19 melanda pada awal 2020, banyak aspek kehidupan berubah, termasuk cara orang bekerja. Di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia, pandemi mempercepat adopsi model kerja yang lebih fleksibel. Salah satu model yang berkembang pesat saat ini adalah hybrid working. Hybrid working merupakan kombinasi antara bekerja dari kantor (onsite) dan bekerja dari lokasi fleksibel, seperti rumah atau tempat lain (remote). Artikel ini akan membahas perkembangan model hybrid working di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta prospeknya di masa depan.
Perkembangan Hybrid Working di Indonesia
Sebelum pandemi, pola kerja tradisional dengan kehadiran fisik di kantor dianggap sebagai standar di banyak perusahaan di Indonesia. Kehadiran fisik ini dinilai penting untuk memastikan produktivitas karyawan dan mempermudah pengawasan. Namun, dengan adanya kebijakan pembatasan sosial selama pandemi, perusahaan terpaksa menyesuaikan diri dengan menerapkan model kerja remote secara penuh. Ini adalah momen penting yang membuka pintu bagi adopsi model kerja hybrid di berbagai sektor industri di Indonesia.
Baca Juga: Hybrid vs Remote Working, Mana yang Lebih Relevan?
Banyak perusahaan, terutama di sektor teknologi, keuangan, dan jasa, telah mengadopsi model hybrid karena terbukti efektif selama masa pandemi. Menurut survei yang dilakukan oleh McKinsey pada tahun 2021, sekitar 90% karyawan di Asia Tenggara menginginkan opsi bekerja secara fleksibel bahkan setelah pandemi berakhir. Hal ini tentu berlaku pula di Indonesia. Fleksibilitas kerja dianggap dapat meningkatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang pada gilirannya mendorong produktivitas dan kepuasan kerja.
Beberapa perusahaan besar di Indonesia, seperti Gojek, Tokopedia, dan Telkomsel, telah memperkenalkan kebijakan hybrid working sebagai strategi jangka panjang mereka. Model ini memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah beberapa hari dalam seminggu, sementara pada hari lainnya mereka harus ke kantor. Hal ini membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan mendukung kolaborasi yang lebih efektif.
Tantangan Implementasi Hybrid Working
Meskipun hybrid working menjanjikan fleksibilitas dan peningkatan produktivitas, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan dan karyawan di Indonesia. Beberapa tantangan tersebut adalah:
- Infrastruktur Teknologi yang Belum Merata
Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan hybrid working di Indonesia adalah keterbatasan infrastruktur teknologi, terutama di luar kota-kota besar. Kota Jakarta, Surabaya, dan Bandung misalnya, memiliki akses internet yang relatif cepat dan stabil. Namun banyak daerah lain di Indonesia yang masih menghadapi masalah keterbatasan akses internet dan kualitas jaringan. Koneksi lambat atau tidak stabil dapat menghambat kelancaran komunikasi dan kolaborasi antara karyawan hybrid dan tim yang berada di kantor.
- Kesenjangan Digital Antara Karyawan
Tidak semua karyawan memiliki akses ke peralatan teknologi yang memadai. Beberapa mungkin bekerja dengan perangkat dan akses internet yang terbatas. Hal ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam hal produktivitas dan efektivitas kerja, yang pada akhirnya berdampak pada hasil kerja tim.
Baca Juga: Indikator Work Life Balance dan Tips Mencapainya
- Adaptasi Manajemen dan Budaya Kerja
Hybrid working juga menuntut perubahan dalam manajemen dan budaya kerja perusahaan. Dalam model tradisional, pengawasan dilakukan secara langsung, dan komunikasi berlangsung secara tatap muka. Namun, dalam model hybrid, pimpinan harus mengandalkan teknologi untuk mengelola tim mereka dan memastikan tugas-tugas berjalan dengan lancar. Ini membutuhkan keterampilan manajerial yang berbeda. Seorang manajer harus membangun gaya kepemimpinan yang dapat mendorong karyawannya bekerja secara mandiri dan bertanggung jawab meski tanpa pengawasan langsung.
- Keseimbangan Antara Waktu Kerja dan Pribadi
Meski hybrid working menawarkan fleksibilitas, beberapa karyawan mungkin merasa kesulitan untuk memisahkan antara waktu kerja dan waktu pribadi. Kerja hybrid seringkali membuat batas antara kedua aspek tersebut menjadi kabur, sehingga mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan jangka panjang karyawan.
Prospek Hybrid Working di Indonesia
Terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, prospek hybrid working di Indonesia cukup cerah. Dengan semakin meningkatnya digitalisasi di berbagai sektor dan meningkatnya penetrasi internet di berbagai daerah, adopsi hybrid working diharapkan semakin luas.
Selain itu, banyak perusahaan mulai menyadari pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan berbasis hasil daripada menekankan kehadiran fisik. Fleksibilitas tersebut juga berpotensi untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dengan model ini, karyawan dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang pada akhirnya berdampak positif pada produktivitas. Dari sisi perusahaan, kerja hybrid dapat memangkas biaya operasional karena berkurangnya penggunaan ruang kantor.
Dapat disimpulkan bahwa hybrid working di Indonesia merupakan respon dunia kerja Indonesia terhadap perubahan kebutuhan yang timbul akibat pandemi COVID-19. Meskipun implementasinya masih menghadapi berbagai kendala, seperti infrastruktur teknologi yang belum merata dan kesenjangan digital, prospek model kerja ini menjanjikan. Dengan kesadaran akan pentingnya fleksibilitas kerja, hybrid working diharapkan menjadi bagian penting masa depan proses kerja dan bisnis di Indonesia.
Di sisi lain, bagi departemen HR perusahaan, model kerja hybrid dapat menimbulkan tantangan tersendiri. Memantau absensi karyawan yang bekerja secara hybrid misalnya, dapat menjadi hal yang merepotkan bila dilakukan secara manual. Namun kini dengan aplikasi Gaji, pendataan absensi karyawan dapat dilakukan secara otomatis langsung dari aplikasi, termasuk absensi karyawan hybrid. Ingin tahu lebih lanjut tentang aplikasi Gaji? Hubungi kami atau jadwalkan demo untuk informasi lebih lanjut.